Jejak Romusha
Assalamu'alaikum
Kali ini Ikha akan menulis dan mendeskripsikan tentang buku yang tempo hari Ikha baca sebelum menghadapi UAS/PAS yang baru saja usai.^_^
Romusha itu sendiri adalah para pekerja paksa pada saat masa penjajahan oleh Jepang dan Belanda. Di dalam buku ini Romusha itu dipaksa bekerja untuk membuat Rel Kereta Api di Pekanbaru, mereka harus mengangkat balok - balok besar, besi yang beratnya bisa hampir 1 ton yang indak semestinya manusia mengangkat itu.
Saat masa penjajahan lampau, banyak sekali warga negara Indonesia diculik termasuk kaum laki-laki, dan akhirnya dipaksa untuk bekerja oleh penjajah untuk sekedar memenuhi kepuasan Si Penjajah sampai dipaksa kerja untuk membuat rel kereta api untuk akses jalan Si Penjajah. Pada masa itu banyak sekali Romusha ditendang, disiksa, ditembak, didera bak budak bahkan sampai ada yang mati sebelum ajalnya menjemput.
Ikha menangis membaca buku ini. Melihat betapa tersiksanya laki-laki di zaman itu. Untuk makan saja mereka harus bekerja melayani penjajah, mengangkat balok besar dan belum lagi mereka harus ditendang, dipukul, didera walau nda ada salah yang mereka buat. Sudah begitu pun mereka hanya mendapat makan sekali, jatah makan yang sama sekali nda bergizi, tempat tidur yang dipenuhi nyamuk - nyamuk yang nda layak disebut sebagai tempat tidur untuk beristirahat.
Ikha sangat bersyukur dilahirkan pada saat Negeri ini sudah merdeka, sudah damai, sudah nda ada peeperangan. Indak terbayang oleh Ikha kalau saja Ikha hidup pada masa itu.
Wanita-wanita pada masa itu di lecehkan, disentuh semena-mena diperlakukan nda sepantasya dengan penjajah. Jika menolak pun pasti dapat disiksa. Sangat mengerikan bukan? sangat beruntung kami wanita-wanita yang hidup di Indonesia kini yang sudah Merdeka. Wanita dilecehkan saja pelakunya akan dapat hukuman, wanita disakiti pun pelakunya pasti dapat hukuman.
Buku ini Success buatku sadar hidup di masa itu indak mudah. Anak remaja berusia 16 tahun yang nda sengaja bertemu dengan serdadu Jepang di dalam cerita itu diculik dan dipaksa menjadi Romusha di daerah yang mereka sendiri saja nda tau, Logas. ya! itulah nama dusun tempat 2 anak remaja itu harus menghadapi nasib malangnya dipaksa bekerja menjadi Romusha. Marsudi yang akrab dipanggil Sud dan teman sejatinya Toyo. Itulah nama 2 anak remaja yang harus merasakan pahitnya kehidupan.
Selama menjadi Romusha kerap sekali mereka melihat Romusha lain yang disiksa, didera, ditendang bahkan sampai dikubur hidup-hidup di dalam tanah.
Saat Ikha berumur 16 tahun, Ikha sanggup bersekolah dengan damai, tentram, aman, nda ada siksaan sama sekali. Sedang mereka harus merasakan menjadi Romusha yang seharusnya nda pantas mereka dapatkan karna usianya yang terbilang terlalu muda.
Ikha jatuh cinta dengan Sud yang berani, cerdas, pandai buat keputusan, juga panjang akal. Sud nda pernah menyerah mencari berbagai cara untuk keluar dari siksaan itu. Sampai akhirnya Sud bersama Toyo dan sekelompok kawan "Tua"nya success keluar dari siksaan Si Jepang.
Buku ini sangat bagus, buku ini menunjukkan betapa kejamnya para serdadu Jepang kepada Romusha, buku ini juga mengajarkan kesolidaritasan yang sangat kuat. Dengan bukti saat kelompok Penghuni Barak Nomor Delapan itu berusaha mencari cara keluar dari siksaan Jepang.
Mak Hitam yang galak namun begitu peduli, Damang sang pandai juga begitu hafal dengan jalur-jalur hutan, Gultom Si Batak nan galak, kasar namun Penyayang, Malin nan sering disebut Ustadz karna Imannya terhadap Allah dan kerap sekali dia mengingatkan kawannya untuk Shalat walau dalam keadaan tersiksa juga dilarang Jepang.
Si Malin buat Ikha Jatuh Hati!
"Bagaimanapun keadaan kita, lakukanlah" katanya suatu malam.
"Kalau tempat dan pakaian kotor begini Sah juga?" tanya Mak Hitam.
"Sah atau tidak, itu urusan Allah, Hitam. Tugas kita melakukannya"
"Ingatlah itu" tambahnya, setelah itu dia bertakbir. (Page 14-15)
Ada juga Sulin yang biasa disebut Ketua, Jalak yang selalu sibuk dengan dia punya #maaf bokong yang sakit karna ditendang oleh Si Jepang, Udin, Bahar, Suar, Kanun Penghuni Barak Nomor Delapan dan paling pasti ada Sud dan Toyo anak remaja yang terbilang paling muda di sana.
Buku ini ber-endingkan perpisahan. Endingnya success buat Ikha nangis. Sud dan Toyo harus berpisah karna kematian. Saat setelah Sud dan Toyo menjadi TNI mereka harus melawan Pemberontakan di Dusun Bukit Alang Lawik. Tempat di mana mereka diselamatkan oleh Tuk Palo dan Tek Rubiah yang sudah mereka anggap sebagai orang tuanya sendiri. Saat itu Sud berusaha meminta Tuk Palo untuk menghindar namun sia - sia.
"Ini harga diri, Nak. Harga diri kami," kata Tuk Palo. (Page 103)
Sampai akhirnya Sud dan Tuk Palo tertembak peluru dari lain tentara dengan Sud memeluk Tuk Palo.
Sesedih itu memang, padahal karena Tuk Palo dan Tek Rubiah lah mereka berdua selamat. Namun itu sudah aturannya. Toyo menyesal. Toyo terlambat.
"Sud... maafkan aku. Aku terlambat, Sud." katanya dalam isak tangis. Sud menggeleng Tangannya menghapus air mata Toyo.
"Yo... Tuk,Pa... lo... , tewas?" tanya Sud terputus putus hampir tak terdengar. Tangis Toyo semakin menjadi-jadi. Dia tatap lelaki tua yang memang sudah tewas itu. Hatinya bergetar dan tubuhnya menggigil.
"Ya, Sud. Dia sudah tewas." jawabnya mengangguk. Air matanya turun semakin deras.
"Ma...afkan....a...ku....Yo." Itulah kata-kata terakhir yang didengar Toyo. Setelah itu, Sud diam dan terkulai. (Page 104-105)
Kesimpulan dan Pesan Moral
Buku ini termasuk buku fiksi yang menceritakan betapa kejamnya Penjajah terhadap warga Indonesia, betapa sulitnya orang-orang yang hidup di masa itu, orang yang terbunuh, orang yang disiksa, wanita yang dilecehkan semena-mena. Sangat beruntung kita yang hidup di zaman yang serba ada saat ini.
Tujuan penulis menciptakan buku ini berharap dapat meningkatkan rasa cinta anak bangsa kepada Tanah air.
Teman-teman teruslah bersyukur dengan apa yang kita punya, Allah masih memberikan nikmat hidup kepada kita semua, nikmat hidup yang aman tanpa penjajahan. Sayangilah diri sendiri.
Wanita-wanita jagalah diri kalian dari tangan ajnabi (lelaki asing/bukan mahram) jangan biarkan harga diri kalian jatuh. Di masa penjajahan itu banyak wanita yang tidak ingin diperlakukan semenanya namun menolak pun dapat siksaan. Negeri ini sudah aman walaupun nda sepenuhnya walaupun mungkin masih ada kejahatan di luar sana. Jadi, Jagalah dirimu. Begitu juga Ikha.
Boleh tau beli bukunya dimana?
BalasHapusHi! terimakasih sudah sudi membaca. untuk tempat membeli bukunya saat ini saya belum tau karna buku ini sudah sangat lama sekali. mungkin mas/mbaknya bisa mencari tau di google yah hihi <3
HapusAlhamdulillah, saya juga pernah mmbcanya kk
BalasHapusDi saat itu saya belum pernak ke lubang japang, setting cerita barak nomir 8 mereka huni, bagaimna mereka lari leeat rawa2 yang banyak langsiangnya.
Saya berharap bisa mmbcanya kembali...
Terimakasih sudah membuat ini, karena sedikit bnyaknya sudah mengingatkan saya kembali kepada Marsudi
Saya sudah 4 kali tamat bacanya waktu masih sekolah SMP, sambil ngerokok,ngopi, nyantai nongkrong di warung bukunya saya bawa terus dulu:v
BalasHapuswah hahaha terimakasih sudah sudi membaca kak, I'm happy to hear it^-^
BalasHapusLuar biasa,bagus banget ceritanya seakan akan kita di bawa ke zaman itu,sedih bercampur marah, saya sampai berulang ulang bacanya
BalasHapusMasyaAllah ada yang punya link pdf nya? Boleh minta saudara ku, pernah dlu membaca buku ini waktu di SMP, benar benar bagus buku nya, salam dari pekanbaru riau
BalasHapus